POTRET STUNTING PADA ANAK PENDIDIKAN USIA DINI

Main Article Content

Jojor Silaban

Abstract

Masalah kurang gizi kronis dalam bentuk anak stunting belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Prevalensi stunting secara nasional tahun 2013 adalah 37,2 persen.Hasil penelitian Silabantahun 2015 di Kecamatan Parbuluan menunjukkan ada 31,84% anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan keadaan stunting.Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif, untuk menggambarkan potret stunting di Kabupaten Dairitahun 2018 denganjumlahsampel 1193 orang. Hasil Penelitian menunjukkan pada anak PAUD terdapatstunting31,85 % dan severe stunting sebesar 1,17 %, apabila diakumulasikan maka anak yang bermasalah dalam hal tinggi badan seluruhnya ada 33,03 %. Anak yang mengalami stunting lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan sebesar 58,6 %, keluarga dengan penghasilan kurang yaitu sebesar 57,6 %, berat badan lahir normal sebesar 72,1 % dan hanya 27,9 % yang lahir dengan berat badan lahir rendah, mayoritas jarak kelahiran dengan adiknya dekat sebesar 53,6 %, dan mayoritas mengalami kejadian infeksi dengan kategori jarang sebesar 58,4 %.


Kata kunci : stunting, potret stunting

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Silaban, J. (2021). POTRET STUNTING PADA ANAK PENDIDIKAN USIA DINI. JURNAL MUTIARA KESEHATAN MASYARAKAT, 6(1), 18–26. https://doi.org/10.51544/jmkm.v6i1.1733
Section
Artikel

References

1. Depkes R. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2005.
2. Solomons M, Oxford. Gizi dan kesehatan masyarakat, Terjemahan Public Health Nutrition. 2009.
3. UNICEF. The State Of the World's Children. 1998.
4. Nurlinda A. Gizi dalam siklus daur kehidupan seri baduta (untuk anak 1-2 tahun). Edisi I edn. Yogyakarta : Penerbit ANDI; 2013. hlm. 31-33
5. Victoria. Data anak-anak PBB 2008,ukur DHS 2007. Jakarta : 1992.
6. Indonesia, KKR. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta : Kemenkes RI; 2013.
7. Fitri.Beratlahir sebagai faktor dominan terjadinya stunting pada balita (12-59 bulan) di Sumatera (Analisis Riskesdas 2010). [Tesis] Depok : Universitas Indonesia; 2012.
8. Paath EF, Rumdasih Y, Heryati. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC; 2004.
9. ChandraA.Hubungan underlying factors dengan kejadian stunting pada anak 1-2 tahun. [Tesis] Semarang : Universitas Diponegoro; 2011.
10. Silaban, Jojor. FaktorFaktorRisiko Stunting pada Anak Pendidikan Anak Usia Dini di KecamatanParbuluanKabupatenDairi. [Tesis] Dairi : Akper Pem. Kab Dairi; 2015
11. BAPPENAS. (2011). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.http://www.4shared.com/get/ I45gBOZ/Rencana_Aksi_Nasional_Pangan . Diakses 10 November 2018
12. Astuti HW.Ilmu gizi dalam keperawatan. Cetakan Pertama edn, Jakarta : Trans Info Media; 2011. hlm. 83-84.
13. Affandi B. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatus. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo; 2006.
14. Supariasa IDN, Bachyar B, Ibnu F. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2002. hlm 18-20, 28, 71, 34-35, 94-96, 114, 177, 181, 187-188
15. Nasikhah R, Ani M. Faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-36 bulan di kecamatan Semarang Timur. [Tesis] Semarang : Journal of Nutrition College; 2012.
16. Marmi. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Cetakan Pertama edn, Yogyakarta : Pustaka Belajar; 2013.
17. Arifin DZ, Irdasari SY, Sukandar H.Analisis sebaran dan faktor risiko stunting pada balita di Kabupaten Purwakarta 2012.[Tesis] Bandung : Fakultas Kedokteran Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjajaran; 2012.
18. Rahayu LS, Sofyaningsih M. Pengaruh BBLR (berat badan lahir rendah) dan pemberian asi ekslusif terhadap perubahan status stunting pada balita di kota dan kabupaten tangerang provinsi Banten. [Tesis] Jakarta : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA; 2011.