HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PABATU KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2019

Main Article Content

Trie Ulfa Nuansa Sinaga
Samsidar Sitorus
Jitasari Tarigan Sibero

Abstract

WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Para ahli menyatakan bahwa manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan pertama kehidupannya. masih rendahnya cakupan ASI eksklusif memiliki hubungan dengan sosial budaya. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sosial budaya dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi sebanyak 324 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 responden dengan tenik Random Sampling. Hasil penelitian ada hubungan sosial budaya (pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan,kepercayaan, kebiasaan) dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun  2019 p value < 0,05. Paling dominan adalah variabel kebiasaan. Diharapkan bagi pemerintah Kota Tebing Tinggi adanya kebijakan  lebih gencar melakukan kampanye tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Sinaga, T. U. N., Sitorus, S., & Sibero, J. T. (2020). HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PABATU KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2019. JURNAL MUTIARA KESEHATAN MASYARAKAT, 5(1), 34–37. Retrieved from http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JMKM/article/view/1095
Section
Artikel

References

1. World Health Organization (WHO). 2016;
2. Nurheti Y. Keajaiban ASI makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan dan kelincahan si kecil. Jakarta: CV Andi Ofset; 2010.
3. DEPKES. Profil Kesehatan Indonesia. 2017;
4. Kemenkes RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2012.
5. DINKES. Profil Kesehatan Kota Tebing Tinggi. 2017;
6. Roesli. manajemen laktasi. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2008.
7. Purnami. faktor-faktor penyebab kegagalan ASI eksklusif di kelurahan Kembang Sari wilayah kerja puskesmas Selong. Gizi Klin Indones. 2008;
8. Putra AR. Hubungan faktor pengetahuan, sikap, pendidikan, sosial budaya, ekonomi keluarga serta peran petugas kesehatan terhadap rendahnya pemberian asi eksklusif. Fak Kedokt Univ Syiah Kuala Banda Aceh. 2013;Vol 13(1).
9. Sugiarti E, Zulaekah S, Puspowati S dyah. Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian Asi eksklusif di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. J Kesehatan,. 2011;Vol. 4,(No. 2):195–206.
10. Kurniawati D, Hargono R. Faktor Determinan yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Mulyorejowilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya. J Promkes. 2014;Vol. 2(No. 1):15–27.
11. Triana F. Hubungan kepercayaan dan tradisi keluarga pada ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sidotopo, Semampir, Jawa Timur. J Biometrika dan Kependud. 2018;Vol. 7(No. 2):160–167.
12. Syafrudin. Sosial budaya dasar. Jakarta: Trans Info Media; 2012.
13. Suwarsih N. Hubungan antara kepatuhan budaya dengan waktu pemberian makanan pendamping ASI di desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen. 2016;
14. Padang A. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI dini di kecamatan pandan kabupaten tapanuli tengah. 2007;
15. Zakiyah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Samanan Jakarta Barat. Univ Indones. 2012;Vol.1.
16. Pasaribu P. Hubungan status sosial ekonomi orangtua dengan pemberian ASI eksklusif di Kota Manado. 2017