FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN ANAK PADA PERAWATAN GIGI DI PUSKESMAS BANDAR BARU KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2018
Keywords:
Kata kunci : dukungan keluarga, sikap petugas, kecemasan anakAbstract
Kecemasan / rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai unit pelayanan kesehatan gigi misalnya di praktik dokter gigi, rumah sakit ataupun puskesmas. Hasil observasi pasien anak yang berobat pada poli gigi Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya dari 15 orang anak 10 diantaranya menunjukkan respon kecemasan saat dilakukan tindakan keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan anak pada perawatan gigi di Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya tahun 2018. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik yang dilaksanakan dari tanggal 3 sampai 7 Agustus 2018 di Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya dengan jumlah sampel penelitian 31 orang anak yang di lakukan wawancara. Analisis yang digunakan yaitu analisis bivariat menggunakan uji statistic chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor keluarga pada kecemasan anak dengan kategori tidak mendukung 18 orang (58,06%), faktor petugas kesehatan pada kecemasan anak dengan kategori kurang baik berjumlah 25 orang (80,64%). Status kecemasan anak dengan kategori ringan berjumlah 10 orang (32,25%) dan sedang berjumlah 10 orang (32,25%). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan faktor keluarga yang tidak mendukung dengan kecemasan anak pada kategori berat yaitu 7 orang (38,9%) dengan p = 0,036, dan ada hubungan faktor petugas kesehatan yang kurang baik dengan kecemasan anak pada kategori sedang yaitu 9 orang (36,0%) dengan p = 0,027. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan faktor keluarga dan faktor petugas kesehatan dengan kecemasan anak pada perawatan gigi di Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Di harapkan bagi keluarga dan petugas kesehatan agar lebih memperhatikan lagi dalam mengurangi kecemasan anak dengan cara membina rasa percaya terhadap anak dan tidak menjadikan ancaman berkunjung ke poli gigi sebagai hukuman sehingga anak menjadi kooperatif