https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/issue/feed JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK 2025-12-01T10:40:50+07:00 Debie Rizqoh debie.rizqoh@gmail.com Open Journal Systems <p>Jurnal Analis Laboratorium Medik dikelola oleh Program Studi Teknologi Laboratorium Medik Fakultas Pendidikan Vokasi Universitas Sari Mutiara Indonesia. Jurnal Analis Laboratorium Medik merupakan Jurnal ilmiah yang memuat tulisan ilmiah yang berkaitan dengan bidang ilmu analis kesehatan atau teknologi laboratorium medik yang membahas tentang kompetensi Mikrobiologi, Hematologi, Parasitologi, Imunoserologi, Toxikologi, dan Kimia Klinik. Jurnal ini terbit 2 kali dalam setahun yakni bulan Juni dan Desember. </p> <p><strong>ISSN: <a title="issn" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1403766860" target="_blank" rel="noopener">2527-712X</a> (media online). Terakreditasi <a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/6421">SINTA 5</a></strong></p> https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6172 ANALISIS QUALITY CONTROL PEMERIKSAAN ASAM URAT MENGGUNAKAN LEVEY-JENNINGS DAN SIX SIGMA DI RS X YOGYAKARTA 2025-08-06T13:48:30+07:00 Asya Nur nurasya72632@gmail.com Arifiani Agustin Amalia nurasya72632@gmail.com Chairil Anwar nurasya72632@gmail.com <p><strong>Latar belakang:</strong> Peningkatan mutu laboratorium klinik sangat penting untuk memastikan keakuratan hasil pemeriksaan, termasuk pemeriksaan kadar asam urat yang sering digunakan sebagai penunjang diagnosis klinis.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: untuk menganalisis pemeriksaan kadar asam urat di X Yogyakarta dengan menggunakan grafik <em>Levey-Jennings</em>, aturan <em>Westgard</em>, dan metode <em>Six Sigma</em>.</p> <p><strong>Metode:</strong> menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan <em>cross-sectional</em> berdasarkan data sekunder dari kontrol harian kadar asam urat level normal dengan nomor lot yang sama pada periode Februari hingga Mei 2024. Analisis data dilakukan menggunakan <em>Microsoft Excel</em> untuk menghitung nilai rata-rata, standar deviasi (SD), koefisien variasi (KV%), bias (d%), dan nilai <em>Sigma</em>.</p> <p><strong>Hasil:</strong> menunjukkan bahwa nilai bias (d%) pada bulan Maret, April, dan Mei 2024 masing-masing sebesar 1,33%, 0,57%, dan 2,47%, yang seluruhnya berada di bawah batas maksimal ±10%. Nilai koefisien variasi (KV%) juga masih dalam batas toleransi, yaitu masing-masing sebesar 4,69%, 2,65% dan 4,27% (≤6%). Pelanggaran aturan 1<sub>2s</sub> terdeteksi pada bulan Maret dan aturan 10<sub>x</sub> pada bulan Mei, yang mengindikasikan adanya kesalahan acak dan sistematik. Nilai <em>Sigma</em> rata-rata sebesar 3,94 menunjukkan bahwa kinerja analitik berada dalam kategori baik, namun masih perlu ditingkatkan untuk mencapai standar <em>Sigma</em> minimal 6.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong>menekankan pentingnya penerapan pengendalian mutu secara berkelanjutan guna menjaga akurasi dan presisi hasil pemeriksaan laboratorium.</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Asya Nur, Arifiani Agustin Amalia, Chairil Anwar https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6358 PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN PEMERIKSAAN LANGSUNG DAN PENUNDAAN 96 JAM PADA SUHU 20-25°C METODE HEMATOLOGY ANALYZER 2025-09-06T08:55:44+07:00 Lusiana Bustam lusianabustam@gmail.com Chairil Anwar lusianabustam@gmail.com Wahid Syamsul Hadi lusianabustam@gmail.com <p><strong>Latar belakang:</strong> Anemia merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai di Indonesia dan menjadi fokus perhatian utama dalam layanan kesehatan, karena anemia dapat mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas masyarakat sehingga pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting untuk diagnosis dan pemantauan terapi.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> untuk menganalisis perbedaan kadar hemoglobin yang terukur antara pemeriksaan langsung dan pemeriksaan setelah penundaan selama 96 jam pada suhu ruang 20–25°C menggunakan metode <em>hematology analyzer</em> di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. <strong>Metode:</strong> digunakan, yaitu <em>true eksperimen</em> dengan pendekatan<em> pre-post test only control group</em> pada 31 sampel darah vena yang dikumpulkan secara <em>purposive sampling</em>, kemudian diperiksa kadar hemoglobin secara langsung dan setelah penyimpanan selama 96 jam pada suhu 20-25°C.</p> <p><strong>Hasil</strong>: diperoleh nilai rata-rata kadar hemoglobin pada pemeriksaan langsung sebesar 13,8 g/dL dan meningkat menjadi 13,9 g/dL setelah penundaan. Analisis statistik <em>paired t-test</em> menunjukkan terdapat perbedaan signifikan secara statistik antara kedua pemeriksaan (<em>p</em> = 0,006), meskipun perubahan tersebut kecil secara klinis. Faktor jenis kelamin dan usia juga memengaruhi kadar hemoglobin, dimana laki-laki dan kelompok usia dewasa memiliki kadar lebih tinggi dibandingkan perempuan dan anak-anak.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: bahwa terdapat perbedaan signifikan terhadap penyimpanan sampel darah EDTA pada suhu 20-25°C selama 96 jam meskipun kadar hemoglobin yang diperoleh relatif stabil, namun pemeriksaan hemoglobin sebaiknya tetap dilakukan sesegera mungkin untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Lusiana Bustam, Chairil Anwar, Wahid Syamsul Hadi https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6341 PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE POINT OF CARE TESTING (POCT) DAN HEMATOLOGY ANALYZER DI PUSKESMAS X 2025-08-27T12:48:36+07:00 Esty Badzlina Al Ghassani estybadzlinaaa@gmail.com Chairil Anwar estybadzlinaaa@gmail.com Wahid Syamsul Hadi estybadzlinaaa@gmail.com <p><strong>Latar belakang</strong>: Laboratorium merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang sangat penting untuk membantu dokter sebagai penunjang diagnosis. Pemeriksaan hemoglobin (Hb) merupakan indikator penting masalah kesehatan. Metode POCT sering digunakan di fasilitas kesehatan primer karena kecepatan dan portabilitasnya, ideal untuk area pedesaan namun, POCT memiliki keterbatasan dalam jenis pemeriksaan serta akurasi dan presisi dibandingkan <em>Hematology Analyzer</em> yang merupakan gold standard</p> <p><strong>Tujuan</strong>: mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode POCT dan <em>Hematology Analyzer.</em></p> <p><strong>Metode</strong>: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik menggunakan objek penelitian berupa eksperimen yang dilakukan di Puskesmas X pada bulam Juni 2025 dengan total sampel 44</p> <p><strong>Hasil</strong>: penelitian ini menjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dengan antara pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode POCT dan <em>Hematology Analyzer</em> dengan nilai sig 0.083 (&lt;0,05)</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>POCT dapat digunakan sebagai alternatif atau pengganti <em>Hematology Analyzer</em> dalam pemeriksaan kadar hemoglobin.</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Esty Badzlina Al Ghassani, Chairil Anwar, Wahid Syamsul Hadi https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6337 PERBEDAAN SKOR BASIL TAHAN ASAM PADA PEMERIKSAAN SPUTUM TEKNIK ZIEHL-NEELSEN KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN BLEACH 0,5% 2025-08-27T12:39:15+07:00 Ayudin Ayudin desibintari@stikeswiramedika.ac.id Ni Wayan Desi Bintari ayudinlaboratorium@gmail.com Putu Ayu Parwati ayudinlaboratorium@gmail.com <p><strong>Latar belakang:</strong> Kualitas spesimen sputum berperan krusial dalam pemeriksaan mikroskopis basil tahan asam (BTA). Pada pasien tuberkulosis paru, dahak yang melewati tenggorokan sering mengandung debris mikroskopis yang dapat mengganggu kualitas pewarnaan. Penggunaan bleach sebagai dekontaminan dinilai mampu meminimalkan gangguan tersebut dengan membersihkan lapang pandang mikroskopis. <strong>Tujuan:</strong> membandingkan skor BTA pada pewarnaan <em>Ziehl Neelsen</em> konvensional dan dengan penambahan <em>bleach</em> 0,5%.</p> <p><strong>Metode:</strong> eksperimental yang dilakukan di UPTD Puskesmas Gonenggati Donggala pada Januari -April 2025. Sampel pada penelitian ini adalah sputum dari pasien dengan suspek TB paru di UPTD Puskesmas Gonenggati Donggala sebanyak 67 sampel. Pemeriksaan BTA dilakukan dengan metode pengecatan <em>Ziehl Nelseen</em>.</p> <p><strong>Hasil:</strong> hasil pemeriksaan BTA dengan metode <em>Ziehl Nelseen</em> konvensional didapatkan skor negatif (83,6%), <em>scanty</em> (0 %), positif 1 (10,4%), positif 2 (3,0%) dan positif 3 (3,0%). Sementara itu hasil pemeriksaan BTA dengan metode <em>Ziehl Nelseen</em> dengan penambahan <em>bleach</em> 0,5% didapatkan skor negatif (82,6%), <em>scanty</em> (1,5%), positif 1 (10,4%), positif 2 (3,0%) dan positif 3 (3,0%). Hasil uji beda dengan <em>Wilcoxon Range Test</em> didapatkan hasil nilai p &gt; 0,665.</p> <p><strong>Kesimpulkan:</strong> bahwa tidak ada perbedaan hasil skor basil tahan asam pada pewarnaan <em>Ziehl Nelseen</em> konvensional dengan <em>Ziehl Nelseen</em> dengan penambahan bleach 0,5%.</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Ayudin, Ni Wayan Desi Bintari, Putu Ayu Parwati https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6338 PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN MALARIA METODE RDT DENGAN PENGGUNAAN MIKROPIPET DAN PIPET TETES DALAM PENUANGAN SPESIMEN 2025-08-27T12:42:46+07:00 Saputro Panca Sakti saputropancasakti0101@gmail.com Moh. Fairuz Abadi saputropancasakti0101@gmail.com Ni Wayan Desi Bintari desibintari@stikeswiramedika.ac.id <p><strong>Latar belakang:</strong> Malaria merupakan penyakit menular yang tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia, sehingga dibutuhkan metode diagnosis yang cepat dan akurat. Rapid Diagnostic Test (RDT) banyak digunakan sebagai metode deteksi, namun keakuratannya dapat dipengaruhi oleh alat yang digunakan dalam penanganan spesimen darah, seperti mikropipet dan pipet tetes.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> membandingkan hasil pemeriksaan malaria metode RDT menggunakan kedua alat tersebut. Penelitian pra-eksperimental ini dilakukan di Puskesmas Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan, dengan 30 spesimen darah pasien bergejala klinis malaria yang dipilih melalui purposive sampling.</p> <p><strong>Metode:</strong> Analisis data menggunakan uji Chi-Square untuk mengidentifikasi perbedaan hasil antara penggunaan mikropipet dan pipet tetes.</p> <p><strong>Hasil:</strong> analisis menunjukkan nilai p = 1,000 (p &gt; 0,05), yang mengindikasikan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua metode. Meskipun demikian, penggunaan mikropipet cenderung menghasilkan tampilan garis merah muda pada strip RDT yang lebih jelas dan konsisten dibandingkan pipet tetes.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> pentingnya pemilihan alat yang tepat guna mendukung keakuratan interpretasi hasil pemeriksaan malaria.</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Saputro Panca Sakti, Moh. Fairuz Abadi, Ni Wayan Desi Bintari https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6351 HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT DENGAN FREKUENSI DAN LAMA HEMODIALISA PADA GAGAL GINJAL KRONIS 2025-09-04T15:38:35+07:00 Priska Tri Utami Liato peikaliato@gmail.com Wahid Syamsul Hadi peikaliato@gmail.com Woro Umi Ratih peikaliato@gmail.com <p><strong>Latar belakang:</strong> Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal dengan karakteristik progresif dan tidak dapat sembuh kembali. Penyakit ini menyebabkan berkurangnya produksi eritropoetin yang berdampak pada menurunnya hemoglobin dan hematokrit.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: mengetahui hubungan antara hemoglobin dan hematokrit dengan frekuensi terapi dan lama hemodialisa pasien gagal ginjal kronis.</p> <p><strong>Metode</strong>: kuantitatif korelasional dan pendekatan <em>cross-sectional. </em>Jenis data sekunder dengan total sampel 198 sampel. Data berupa hemoglobin dan hematokrit, frekuensi terapi dan lama hemodialisa. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji <em>rank spearman</em>. </p> <p><strong>Hasil</strong>: rata-rata hemoglobin laki-laki yaitu 9.57 g/dL sedangkan perempuan yaitu 9.56 g/dL, rata-rata hematokrit yaitu 27, 6%. Sebanyak 97.5% pasien dengan frekuensi hemodialisa 2 kali seminggu. Lama hemodialisa &gt;24 bulan didapatkan pada 46.0% pasien. Hasil analis uji korelasi <em>rank spearman</em> menunjukkan p = 0.832 (p &gt; 0,05) dengan nilai (R) 0.015 antara hemoglobin dengan lama hemodialisa, nilai p=0.826</p> <p>(p &gt; 0,05) dengan nilai (R) 0.016 antara hemoglobin dengan frekuensi terapi, nilai p=0.909 (p &gt; 0,05) dengan nilai (R) -0.008 antara hematokrit dengan lama hemodialisa, nilai p=0.869 (p &gt; 0,05) dengan nilai (R) 0.012 antara hematokrit dengan frekuensi.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hemoglobin dengan frekuensi terapi dan lama hemodialisa serta tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hematokrit dengan frekuensi terapi dan lama hemodialisa. </p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Priska Tri Utami Liato, Wahid Syamsul Hadi, Woro Umi Ratih https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6165 PERBANDINGAN PEMERIKSAAN TELUR Soil-Transmitted Helminth DENGAN SEDIMENTASI NaCl 0,9% dan NaOH 0,2%, SERTA FLOTASI NaCl JENUH 2025-08-06T13:57:54+07:00 Zahrotus Sania rosasania227@gmail.com Pestariati Pestariati rosasania227@gmail.com Syamsul Arifin rosasania227@gmail.com <p><strong>Latar belakang</strong>: Infeksi <em>Soil-Transmitted Helminth</em> (STH) menjadi salah satu persoalan kesehatan masyarakat yang lazim ditemui, terutama di daerah tropis dan subtropis dengan sanitasi yang buruk. Infeksi ini bereakibat pada gangguan kesehatan, misalnya anemia, hambatan tumbuh kembang, hingga penurunan imunitas tubuh. Oleh karena itu, deteksi dini infeksi kecacingan sangat penting dilakukan untuk menunjang diagnosis dan pengendalian penyakit. Salah satu uji yang umum digunakan adalah pemeriksaan tinja secara mikroskopis, yang efisiensinya sangat bergantung pada teknik yang digunakan.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: untuk menganalisis komparasi hasil pemeriksaan tinja menggunakan metode sedimentasi NaCl 0,9%, sedimentasi NaOH 0,2%, dan flotasi NaCl jenuh dalam mendeteksi telur cacing <em>Soil-Transmitted Helminth.</em></p> <p><strong>Metode</strong>: eksperimental berbasis laboratorium dengan pendekatan komparatif. Sampel tinja yang telah dipastikan positif STH diperiksa menggunakan ketiga metode secara sistematis, dengan pengujian sebanyak tiga kali untuk masing-masing metode. Analisis data dilakukan menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk, uji homogenitas, uji ANOVA One-Way, dan uji <em>Post Hoc</em>.</p> <p><strong>Hasil</strong>: metode sedimentasi NaCl 0,9% menghasilkan rerata jumlah telur tertinggi (9,33), diikuti NaOH 0,2% (8,33), dan flotasi NaCl jenuh (4,00). Terdapat perbedaan signifikan antar metode (p = 0,007), dengan perbedaan signifikan antara metode flotasi dan kedua metode sedimentasi.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>bahwa metode sedimentasi NaCl 0,9% merupakan metode paling efektif dalam mendeteksi telur STH pada penelitian ini.</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Zahrotus Sania, Pestariati, Syamsul Arifin https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6387 HUBUNGAN TROMBOSITOPENIA DENGAN INFEKSI Salmonella typhi PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2025-10-08T14:20:24+07:00 Suci Primulya Putri ciyari2211@gmail.com Rosmita Anggraeni ciyari2211@gmail.com Dhiah Novalina ciyari2211@gmail.com <p><strong>Latar belakang</strong>: Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu manifestasi klinis yang sering dikaji adalah trombositopenia.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: untuk mengetahui hubungan antara trombositopenia dengan infeksi <em>Salmonella typhi </em>berdasarkan hasil uji Tubex TF pada pasien demam tifoid di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan <em>cross-sectional</em>. Sampel sebanyak 58 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dari rekam medis, termasuk hasil uji Tubex TF dan jumlah trombosit<em>.</em></p> <p><strong>Metode</strong>: menggunakan uji Chi-square dan Fisher’s Exact Test untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan (58,6%) dan berada pada rentang usia 16–25 tahun (32,8%). Rerata usia responden adalah 28,6 tahun, dan rerata jumlah trombosit adalah 132.000 sel/μL darah. Sebanyak 22,4% pasien mengalami trombositopenia.</p> <p><strong>Hasil</strong>: uji Chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara kejadian trombositopenia dengan infeksi <em>Salmonella typhi </em>(p = 0,181). Uji alternatif Fisher’s Exact Test juga menghasilkan nilai p = 0,195.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara infeksi <em>Salmonella typhi </em>dan kejadian trombositopenia. Temuan ini menunjukkan bahwa trombositopenia bukan indikator tunggal yang dapat diandalkan dalam menilai infeksi tifoid. Meskipun demikian, trombositopenia tetap merupakan komplikasi yang perlu diperhatikan dalam manajemen klinis demam tifoid, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam upaya pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam pencegahan komplikasi tifoid.</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Suci Primulya Putri, Rosmita Anggraeni, Dhiah Novalina https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6384 GAMBARAN NILAI HEMATOKRIT BERDASARKAN DURASI TIDUR MAHASISWA AKHIR TLM STIKES MAHARANI 2025-10-08T12:03:55+07:00 Elsania Adira Katner Malo elsaniaak@gmail.com Yeni Avidhatul Husnah elsaniaak@gmail.com <p><strong>Latar belakang</strong>: Hematokrit merupakan indikator penting dalam menilai status kesehatan darah seseorang karena mencerminkan proporsi sel darah merah terhadap total volume darah. Durasi tidur berperan dalam proses fisiologis termasuk pembentukan sel darah merah. Mahasiswa tingkat akhir rentan mengalami gangguan tidur akibat beban akademik dan stres, yang dapat mempengaruhi kadar hematokrit. <strong>Tujuan</strong>: Untuk mengetahui Gambaran Nilai Hematokrit Berdasarkan Durasi Tidur Pada Mahasiswa Akhir Teknologi Laboratorium Medik (TLM) STIKes Maharani <strong>Metode</strong>: deskriptif dengan teknik purposive sampling terhadap 26 mahasiswa. Data durasi tidur dikumpulkan melalui kuesioner, dan pemeriksaan hematokrit. <strong>Hasil</strong>: Penelitian dari 26 responden menunjukan 3 responden (11,5%), mengalami penurunan kadar hematokrit rendah, nilai kadar hematokrit yang normal yaitu 23 responden (88,5%) pada penelitian ini juga responden tidak ada yang memiliki kadar hematokrit tinggi. <strong>Kesimpulan:</strong> dari penelitian ini diketahui bahwa hasil pemeriksaan dilaboratorium Dari total 26 responden, terdapat 3 responden mahasiswa (11,5%) yang menunjukkan kadar hematokrit rendah, dan seluruhnya berasal dari kelompok dengan durasi tidur kurang dari 7 jam per hari. Sementara itu, seluruh responden dengan durasi tidur normal (7–9 jam) memiliki kadar hematokrit dalam kategori normal (88,5%).</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Elsania Adira Katner Malo, Yeni Avidhatul Husnah https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6404 PENGARUH VARIASI WAKTU INKUBASI TERHADAP JUMLAH TELUR SOIL-TRANSMITTED HELMINTHS (STH) MENGGUNAKAN METODE FLOTASI 2025-10-11T10:04:37+07:00 Liza Mutia liza.mutia1009@gmail.com Suparni Suparni liza.mutia1009@gmail.com <p><strong>Latar belakang:</strong> Infeksi <em>Soil-Transmitted Helminths </em>(STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih tinggi di Indonesia, khususnya pada anak usia sekolah dasar. Prevalensi yang tinggi di berbagai wilayah, seperti di Sumatera Utara, menunjukkan masih kurang optimalnya program deteksi dan pengendalian kecacingan. Diagnosis yang akurat dan efisien sangat diperlukan, terutama di daerah dengan keterbatasan sumber daya.</p> <p><strong>Metode:</strong> flotasi menjadi salah satu teknik pemeriksaan parasitologi yang sensitif, namun efektivitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk waktu pengapungan.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> untuk mengetahui pengaruh variasi waktu inkubasi terhadap jumlah telur STH yang terdeteksi menggunakan metode flotasi NaCl jenuh. Penelitian ini merupakan studi eksperimental laboratorik dengan desain <em>post-test only control group</em>.</p> <p><strong>Hasil</strong>: menunjukkan bahwa jumlah telur yang terdeteksi meningkat seiring bertambahnya waktu inkubasi, dengan hasil optimal pada menit ke-30 (rata-rata 19 telur). Uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara variasi waktu inkubasi terhadap jumlah telur yang terdeteksi (Fhitung = 88,0 &gt; Ftabel= 4,76; p &lt; 0,05).</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Temuan ini menunjukkan bahwa penentuan waktu inkubasi yang optimal sangat penting untuk memaksimalkan efektivitas diagnosis STH, serta dapat menjadi dasar penyusunan SOP pemeriksaan parasitologi di berbagai institusi kesehatan<strong>.</strong></p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Liza Mutia, Suparni https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6410 PENGARUH MASA PENYIMPANAN SAMPEL WHOLE BLOOD DAN BUFFY COAT DARAH TIKUS TERHADAP KUANTITAS DAN INTEGRITAS RNA 2025-10-14T09:48:54+07:00 Retno Winarti retnowinarti@ugm.ac.id Annisa Ramadhani Nurhidayat annisaramadhani99@mail.ugm.ac.id Dewajani Purnomosari d.purnomosari@ugm.ac.id Saihas Suhda saihas.suhda@mail.ugm.ac.id Rina Susilowati rina_susilowati@ugm.ac.id <p><strong>Latar belakang:</strong><em> Whole blood</em> dan <em>buffy coat</em> merupakan dua sumber sampel yang sering digunakan dalam penelitian molekuler. Namun, kualitas RNA yang dihasilkan seringkali kurang memuaskan. Faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi kualitas RNA adalah jenis sampel dan kondisi penyimpanan.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> untuk mengetahui pengaruh masa penyimpanan sampel <em>whole blood</em> dan <em>buffy coat</em> terhadap kuantitas dan integritas RNA, membandingkan kedua tipe sampel. Sampel darah dari tikus <em>Sprague dawley</em> umur 3 bulan diambil melalui sinus <em>retro-orbitalis</em> dan <em>cardiac punture</em> lalu dipisahkan sebagai <em>whole blood</em> dan <em>buffy coat</em> dan disimpan pada suhu −80°C selama 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan. RNA diisolasi menggunakan kit Quick-RNA Miniprep Plus Zymo dan diperiksa konsentrasi serta kemurniannya dengan spektrofotometer (A260/A230 dan A260/A280). Integritas RNA diperiksa dengan elektroforesis agarose dan dibaca menggunakan Gel Doc.</p> <p><strong>Metode:</strong> Data dianalisis menggunakan uji Two-way ANOVA. Analisis menunjukkan bahwa tipe sampel merupakan faktor utama yang mempengaruhi kuantitas dan integritas RNA.</p> <p><strong>Hasil:</strong><em> Buffy coat</em> menghasilkan konsentrasi RNA yang lebih tinggi dibanding <em>whole blood</em> (p &lt; 0,0001). Faktor lama penyimpanan hingga 3 bulan pada suhu −80°C tidak mempengaruhi konsentrasi RNA pada kedua jenis sampel. Integritas RNA <em>buffy coat</em> lebih baik dibandingkan <em>whole blood</em>.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>Hal ini ditunjukkan oleh hasil elektroforesis pita RNA <em>buffy coat</em> yang lebih jelas dan konsisten. Masa penyimpanan <em>buffy coat</em> dan <em>whole blood</em> pada suhu −80°C sampai dengan 3 bulan tidak mempengaruhi kuantitas dan kemurnian RNA, namun mempengaruhi kualitas RNA.</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Retno Winarti, Annisa Ramadhani Nurhidayat, Dewajani Purnomosari, Saihas Suhda, Rina Susilowati https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6417 PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DESA UNDAAN MENGGUNAKAN METODE POCT DAN ENZIMATIK URIKASE 2025-10-20T15:44:35+07:00 Fita Asri Fatul Yunia fitania980@gmail.com Previta Zeizar Rahmawati previta.zr@stikesmaharani.ac.id <p><strong>Latar belakang</strong>: Asam urat merupakan produk akhir katabolisme purin yang disintesis di hati dan diekskresikan melalui saluran kemih lansia lebih rentan terkena asam urat karena adanya perubahan fisiologis dan metabolisme tubuh yang terjadi seiring bertambahnya usia.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: untuk mengetahui perbedaan hasil kadar asam urat pada lansia anatara metode POCT dan Enzimatik Urikase.</p> <p><strong>Metode:</strong> deskriptif kuantitatif dimana sampel diambil secara purposive sampling dengan kriteria inklusi serta eksklusi pada serum darah 30 lansia di Desa Undaan RW.01. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu menggunakan POCT dan Enzimatik Urikase.</p> <p><strong>Hasil:</strong> menunjukkan bahwa terdapat hasil normal sebanyak 16 orang (53,3%), dan terdapat hasil yang tinggi sebanyak 12 orang (40%).</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Untuk mengetahui perbedaan signifikan kedua metode menggunakan analisa statistik uji wilcoxon dengan hasil p-value 0,001 (p&lt;0,05).”</p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Fita Asri Fatul Yunia, Previta Zeizar Rahmawati https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6382 IDENTIFIKASI MIKROBA PADA TOILET PASAR AMONG TANI DAN BATU TOWN SQUARE KOTA WISATA BATU 2025-10-08T14:24:49+07:00 Chantika Putri Indah Sari chantikaptr20@gmail.com Erni Yohani Mahtuti yohanierni@stikesmaharani.ac.id Faisal Faisal yohanierni@stikesmaharani.ac.id <p><strong>Latar belakang: </strong>Toilet umum merupakan fasilitas yang rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme akibat tingginya frekuensi penggunaan serta variasi perilaku pengguna<strong>. </strong></p> <p><strong>Tujuan: </strong>untuk mengetahui keberadaan mikroba pada toilet umum di Pasar Among Tani dan Batu Town Square, Kota Wisata Batu<strong>. </strong></p> <p><strong>Metode: </strong>teknik swab pada permukaan kloset, kemudian sampel diperiksa secara mikroskopis untuk mengidentifikasi keberadaan mikroba. Sebanyak 11 sampel diambil dari masing-masing lokasi. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di STIKes Maharani menggunakan pewarnaan giemsa dan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x<strong>. </strong></p> <p><strong>Hasil: </strong>pemeriksaan menunjukkan bahwa pada toilet Pasar Among Tani ditemukan cacing sebanyak 7, bakteri 3, dan kristal 1. Sementara pada toilet Batu Town Square ditemukan cacing 2, bakteri 6, dan kristal 3. Perbedaan hasil tersebut menunjukkan bahwa toilet Pasar Among Tani lebih banyak terkontaminasi cacing, sedangkan Batu Town Square lebih tinggi jumlah bakteri dan kristalnya. Faktor sanitasi, kebersihan lingkungan, pengelolaan fasilitas, serta jenis dan frekuensi penggunaan toilet diduga berpengaruh terhadap tingkat kontaminasi. Toilet di area pasar memiliki risiko lebih tinggi terhadap paparan patogen karena padatnya pengguna serta rendahnya standar kebersihan<strong>. </strong></p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>Penelitian ini menegaskan pentingnya peningkatan manajemen sanitasi dan edukasi kebersihan pada fasilitas toilet umum agar dapat meminimalkan risiko penyebaran penyakit pada lingkungan umum<strong>.</strong></p> 2025-12-01T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Chantika Putri Indah Sari, Erni Yohani Mahtuti, Faisal https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM/article/view/6378 IDENTIFIKASI MUTASI GEN TRANSCRIPTION FACTOR 7 LIKE 2 (TCF7L2) SNP RS7901695 PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2 MENGGUNAKAN PCR 2025-10-08T12:00:11+07:00 Risya Auliya' Putri Azhar risyaauliya08@gmail.com Miftahul Mushlih mif.mushlih@umsida.ac.id <p><strong>Latar belakang: </strong>Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik kronis yang dipengaruhi oleh faktor genetik, salah satunya adalah mutasi pada gen TCF7L2, khususnya SNP rs7901695.</p> <p><strong>Tujuan: </strong>untuk mendeteksi mutasi SNP rs7901695 pada penderita DMT2.</p> <p><strong>Metode</strong>: Polymerase Chain Reaction (PCR) secara langsung yang sederhana dan efisien. Sebanyak 30 sampel darah pasien DMT2 dianalisis menggunakan primer spesifik untuk alel T (177 bp) dan alel C (367 bp). Sebagian besar pasien berada pada kelompok usia 50-59 tahun, yang mengindikasikan pentingnya deteksi dini pada usia produktif. </p> <p><strong>Hasil: </strong>elektroforesis menunjukkan 28 sampel (93,3%) memiliki genotipe heterozigot TC dan 2 sampel (6,7%) genotipe homozigot TT, tanpa adanya genotipe CC.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>PCR langsung dapat digunakan sebagai metode awal yang efektif dan ekonomis dalam identifikasi mutasi genetik DMT2, serta mendukung skrining genetik berbasis populasi untuk pencegahan yang lebih personal.</p> 2025-12-02T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2025 Risya Auliya' Putri Azhar, Miftahul Mushlih