JURNAL FARMANESIA https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2 <p style="text-align: justify;">Jurnal Farmanesia merupakan jurnal yang dikelola dan diterbitkan oleh Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan maksud untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dosen, baik dosen tetap USM-Indonesia maupun dosen dari perguruan tinggi lain, dan mahasiswa dari perguruan tinggi USM-Indonesia dan mahasiswa perguruan tinggi lain dalam bidang farmasi dan Kesehatan. Jurnal Farmanesia mencakup lingkup farmakologi, farmasetika, biologi farmasi, kimia farmasi, farmakognsi, fitokimia. Jurnal ini terbit 2 kali dalam setahun bulan Juni dan Desember. <strong>Jurnal Farmanesia telah memiliki nomor E-ISSN: </strong><strong><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1465026150">2528-2484</a> (</strong><strong>media online).</strong></p> UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA en-US JURNAL FARMANESIA 2528-2484 PERBANDINGAN PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL DAUN ASAM KANDIS MUDA DAN TUA (Garcinia mangostana L.) https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/article/view/5988 <p><strong>Latar belakang</strong>: Flavonoid merupakan senyawa fenol alami yang banyak terdapat pada tumbuhan dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun asam kandis muda dan tua menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.</p> <p><strong>Metode</strong>: Sampel diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dan 96%. Dilakukan karakterisasi ekstrak meliputi uji organoleptis, rendemen, susut pengeringan, dan kadar abu. Analisis kualitatif menggunakan logam magnesium dan HCl pekat. Analisis kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 431 nm.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Ekstrak bersifat kental, berwarna coklat kehitaman, berbau khas, dan rasa pahit. Rendemen daun muda sebesar 10,98% dan daun tua 12,20%. Susut pengeringan daun muda 7,20% dan daun tua 9,02%. Kadar abu daun muda 3,56% dan daun tua 1,63%. Hasil analisis kualitatif menunjukkan keduanya positif mengandung flavonoid. Kadar flavonoid total daun muda sebesar 32,6498 mg QAE/g dan daun tua sebesar 42,5738 mg QAE/g.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>Daun asam kandis muda dan tua mengandung flavonoid, dengan kadar flavonoid total</p> <p>lebih tinggi pada daun asam kandis tua</p> Ulfa Ismirza Elmi Sariani Hasibuan Sestry Misfadhila Zikra Azizah Copyright (c) 2025 Ulfa Ismirza, Elmi Sariani Hasibuan, Sestry Misfadhila, Zikra Azizah https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2025-06-30 2025-06-30 12 1 1 11 10.51544/jf.v12i1.5988 PENGARUH PROPILENGLIKOL TERHADAP KARAKTERISASI DAN LAJU DIFUSI ETOSOME KALIUM DIKLOFENAK SEBAGAI SISTEM PENGHANTARAN TRANSDERMAL https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/article/view/5982 <p><strong>Latar belakang</strong>: Sistem penghantaran transdermal menawarkan alternatif terapi yang efisien dan nyaman, terutama dalam pengobatan nyeri kronis. Etosome merupakan sistem penghantaran berbasis lipid yang memiliki fleksibilitas tinggi dalam menembus lapisan kulit. Penambahan propilenglikol (PG) sebagai enhancer dapat mempengaruhi karakteristik fisik vesikel serta meningkatkan laju difusi obat.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variasi konsentrasi propilenglikol terhadap karakterisasi fisik dan laju difusi in vitro kalium diklofenak dalam sistem ethosome.</p> <p><strong>Metode</strong>: Etosome kalium diklofenak diformulasikan dengan variasi konsentrasi PG (10%, 20%, dan 30%). Evaluasi meliputi pengukuran ukuran partikel, indeks polidispersitas, potensial zeta, efisiensi penjerapan, pH, serta laju difusi obat melalui membran selulosa menggunakan alat Franz diffusion cell.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Peningkatan konsentrasi PG dari 10% ke 30% menyebabkan penurunan ukuran partikel, peningkatan stabilitas vesikel (potensial zeta lebih negatif), peningkatan efisiensi penjerapan obat, dan peningkatan laju difusi kalium diklofenak. Formula dengan 20% PG menunjukkan karakteristik paling seimbang antara stabilitas fisik dan kemampuan penetrasi. <strong>Kesimpulan: </strong>k Konsentrasi propilenglikol berpengaruh signifikan terhadap karakteristik dan laju difusi ethosome kalium diklofenak. Konsentrasi 20% PG memberikan hasil paling optimal dan potensial dikembangkan sebagai sistem penghantaran transdermal yang efektif.</p> <p> </p> Faradila Ratu Cindana Rifka Anggraini Anggai Copyright (c) 2025 Faradila Ratu Cindana, Rifka Anggraini Anggai https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2025-06-30 2025-06-30 12 1 12 18 10.51544/jf.v12i1.5982 UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH LUWINGAN (Ficus hispida L.f) SEBAGAI ANTIDIABETES PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/article/view/5934 <p><strong>Latar belakang</strong>: Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan budaya bangsa yang diwariskan secara turun temurun. Obat tradisional dalam bahan kimia alam mengandung senyawa-senyawa yang dikenal dengan metabolit sekunder. Senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut memiliki khasiat yang berbeda-beda, sehingga mendorong pentingnya penggalian sumber obat-obat tradisional dari bahan alam salah satunya dari tanaman Luwingan <em>(Ficus hispida L.f)</em><em>.</em></p> <p><strong>Tujuan</strong>: Untuk mengetahui apakah buah Luwingan (<em>Ficus hispida</em> <em>L.f) </em>memiliki aktivitas serta berapa konsentrasi yang efektif sebagai antidiabetes.</p> <p><strong>Metode</strong>: Buah luwingan akan diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol. Menggunakan metode eksperimental dengan desain penelitian purposive sampling. Tikus di induksi aloksn dengan dosis 150mg kg/BB secara intraperitoneal. Sampel darah diukur dengan strip tes darah gluco Dr dan hasil kadar glukosa darah dianalisis dengan <em>one way</em> ANOVA.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Hasil uji pemberian ekstrak etanol buah luwingan <em>(Ficus hispida L.f) </em>memiliki aktivitas antidiabetes pada tikus putih jantan galur wistar yang di induksi aloksan dengan variasi konsentrasi 20% dapat menurunkan KGD 240,8 mg/dL, 40% menurunkan KGD 246 mg/dL dan 60% menurunkan KGD 248,4 mg/dL.</p> <p><strong>Simpulan: </strong>Ekstrak etanol buah luwingan dapat menjadi alternatif terapi karena efektivitasnya dalam menurunkan kadar gula darah<strong>. </strong>Konsentrasi 60% memiliki aktivitas penurunan kadar glukosa darah yang paling baik jika dibandingkan dengan 3 konsentrasi yang di uji. Ekstrak etanol buah luwingan ini memiliki efektivitas yang mendekati glibenklamid sebagai kontrol positif.</p> Dicky Yuswardi Wiratma Yudhistira Yudhistira Jon Kenedy Marpaung Copyright (c) 2025 Dicky Yuswardi Wiratma, Yudhistira Yudhistira, Jon Kenedy Marpaung https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2025-06-30 2025-06-30 12 1 19 27 10.51544/jf.v12i1.5934 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI WILAYAH AWIRARANGAN KABUPATEN KUNINGAN https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/article/view/6021 <p><strong>Latar belakang:</strong> Merokok menjadi tantangan kesehatan global, menyebabkan lebih dari 8 juta kematian setiap tahun, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Di Jawa Barat, prevalensi perokok remaja usia di atas 15 tahun mencapai 32,68% pada 2021, dan di Kabupaten Kuningan sebesar 12,69% untuk usia 15–24 tahun. Remaja umumnya mulai merokok karena pengaruh teman, rasa ingin tahu, dan untuk mengatasi stres, meskipun mereka menyadari dampak buruknya bagi kesehatan. Observasi di sebuah coffee shop di Kelurahan Awirarangan menunjukkan bahwa seluruh pengunjung yang rata-rata berjumlah 3.361 orang per bulan merupakan perokok. Tingginya angka ini mencerminkan perilaku merokok yang kuat di kalangan remaja dan dewasa muda. Melihat kondisi tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai berbagai faktor yang memengaruhi kebiasaan merokok di kalangan remaja.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja.</p> <p><strong>Metode:</strong> studi survei analitik yang menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional).</p> <p><strong>Hasil:</strong> faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi perilaku merokok pada remaja, dengan persentase sebesar 88%. Sebaliknya, faktor yang memberikan pengaruh paling rendah adalah peran orang tua, dengan persentase 54%.</p> <p><strong>Simpulan: </strong>bahwa berbagai faktor memengaruhi kebiasaan merokok remaja di Otaku Coffee &amp; Roastery Awirarangan, Kabupaten Kuningan diantaranya faktor pengetahuan sebesar 88%, sedangkan persentase terendah yaitu faktor orang tua 54%.</p> Liska Marlindasari Natanael Priltius Ikhsan Fahrizal Copyright (c) 2025 Liska Marlindasari, Natanael Priltius, Ikhsan Fahrizal https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2025-07-07 2025-07-07 12 1 28 35 10.51544/jf.v12i1.6021 MEMBANDINGKAN EFEKTIVITAS PEMBERSIH LANTAI SEBAGAI DESINFEKTAN MENGGUNAKAN UJI KOEFISIEN FENOL TERHADAP Salmonella typhi https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/article/view/6024 <p><strong>Latar belakang: </strong>Salmonella typhi masih menjadi penyebab utama demam tifoid di berbagai wilayah endemis. Permukaan lantai yang terkontaminasi dapat menjadi media penyebaran bakteri ini, terutama di fasilitas umum dan rumah tangga. Oleh karena itu, pemilihan pembersih lantai yang efektif sebagai desinfektan sangat penting untuk upaya pencegahan.</p> <p><strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan efektivitas desinfektan dari sepuluh merek pembersih lantai terhadap Salmonella typhi menggunakan metode Koefisien Fenol (KF).</p> <p><strong>Metode: </strong>Uji dilakukan dengan menginokulasikan suspensi S. typhi ke dalam larutan pembersih lantai dan fenol 5% pada berbagai pengenceran. Pertumbuhan bakteri diamati setelah inkubasi selama 48 jam pada suhu 30 °C. Nilai KF dihitung berdasarkan rasio efektivitas masing-masing produk terhadap fenol sebagai standar.</p> <p><strong>Hasil: </strong>Dari sepuluh merek yang diuji, hanya dua produk menunjukkan nilai KF di atas 1, yang berarti lebih efektif dibandingkan fenol 5%. Sebagian besar produk lainnya memiliki efektivitas lebih rendah atau setara dengan fenol.</p> <p><strong>Simpulan: </strong>Hanya sebagian kecil pembersih lantai yang efektif sebagai desinfektan terhadap Salmonella typhi. Hasil ini menunjukkan pentingnya sosialisasi pemilihan produk yang terbukti efektif secara ilmiah dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi di lingkungan.</p> Muhammad irianto Napitupulu Audi T.A. Hutasoit Fajar Pebriyandi Manuppak Irianto Tampubolon Eva Diansari Marbun Copyright (c) 2025 Muhammad irianto Napitupulu, Audi T.A. Hutasoit , Fajar Pebriyandi; Manuppak Irianto Tampubolon, Eva Diansari Marbun https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2025-07-08 2025-07-08 12 1 36 42 10.51544/jf.v12i1.6024 EFEK KOMBINASI SPIRONOLAKTON TERHADAP PARAMETER FARMAKOKINETIKA KETOROLAK PADA PLASMA KELINCI MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/article/view/5861 <p><strong>Latar belakang</strong>: Spironolakton merupakan obat diuretik antagonis aldosteron yang digunakan dalam terapi hipertensi. Obat ini termasuk diuretik hemat kalium yang bekerja pada tubulus distal ginjal dengan menghambat efek aldosteron, sehingga meningkatkan ekskresi natrium, bikarbonat, dan kalsium sambil mempertahankan ion kalium dan hidrogen. Sementara itu, ketorolak adalah antiinflamasi non-steroid yang poten dengan waktu paruh pendek (4–6 jam), dan terutama diabsorpsi di usus halus bagian proksimal. Pada pengelolaan hipertensi, spironolakton kerap dikombinasikan dengan obat lain, termasuk ketorolak, yang berpotensi menimbulkan interaksi pada fase farmakokinetik.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian spironolakton terhadap parameter farmakokinetika ketorolak, baik ketika diberikan satu jam sebelumnya maupun secara bersamaan.</p> <p><strong>Metode</strong>: Desain penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan tiga ekor kelinci jantan yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan, yaitu: pemberian ketorolak tunggal, pemberian ketorolak satu jam setelah spironolakton, dan pemberian ketorolak bersamaan dengan spironolakton. Analisis kadar ketorolak dalam plasma dilakukan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).</p> <p><strong>Hasil</strong>: Pada fase absorpsi ditemukan adanya perbedaan parameter farmakokinetik antar kelompok perlakuan. Tidak ada perbedaan mencolok pada fase distribusi, sedangkan fase ekskresi menunjukkan variasi antar kelompok.</p> <p><strong>Simpulan: </strong>Pemberian ketorolak satu jam setelah spironolakton mempengaruhi profil farmakokinetiknya, namun perbedaan tersebut tidak signifikan pada seluruh parameter yang dianalisis.</p> Christica Surbakti Bunga Rimta Barus Asri Faldha Copyright (c) 2025 Christica Surbakti, Bunga Rimta Barus, Asri Faldha https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2025-07-28 2025-07-28 12 1 43 50 10.51544/jf.v12i1.5861 OPTIMASI MINYAK SERAI (Cymbopogon nardus) SEBAGAI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN-XANTHAN GUM DAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/article/view/6242 <p><strong>Latar belakang</strong>: Tumbuhan yang digunakan sebagai pewangi yaitu tumbuhan serai wangi (<em>Cymbopogon nardus</em>) yang mengandung minyak atsiri. Minyak nilam merupakan bahan yang dijadikan sebagai fiksaktif agar wangi dari pengharum ruangan dapat bertahan lama.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu jika minyak serai wangi dapat dijadikan pewangi ruangan dan, menentukan konsentrasi dari karagenan juga xanthan gum untuk memperoleh basis gel terbaik.</p> <p><strong>Metode</strong>: Penelitian ini dilakukan tiga tahap. Pertama basis gel dibagi dalam3 formula yaitu variasi kombinasi karagenan dan xanthan gum, F1 (1,5%:1,5%), F2 (2%:1%), F3 (2,5%:0,5%). Kedua menentukan aroma wangi minyak serai wangi dengan berbagai konsentrasi. F1 (2%), F2 (4%), F3 (6%). Ketiga menentukan konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif dengan variasi, F1 (0,5%), F2 (1%), F3 (1,5%). Menurut temuan penelitian, formulasi dasar gel yang ideal dengan elastisitas dan tahan terhadap degradasi terdapat pada rasio 2,5%:0,5% dari karagenan dan xanthan gum.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Aroma minyak serai yang kuat pada konsentrasi 6% adalah konsentrasi wewangian yang optimal. Konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif terbaik dalam menahan wangi minyak serai wangi pada gel pengharum ruangan dalam waktu 28 hari adalah konsentrasi 1,5%.</p> <p><strong>Simpulan: </strong> Serai wangi dapat dibuat menjadi pengharum ruangan dengan menggunakan karagenan dan xanthan gum dan minyak nilam sebagai fiksatif. Dan implikasinya kepada masyarakat dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat dalam produksi sediaan produksi.</p> Ferdinand Paulus Ginting Modesta Harmoni Tarigan Christica I. Surbakti Preity Pinanta Michelle C.F Ginting Copyright (c) 2025 Ferdinand Paulus Ginting, Modesta Harmoni Tarigan, Christica I. Surbakti, Preity Pinanta, Michelle C.F Ginting https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2025-07-28 2025-07-28 12 1 51 58 10.51544/jf.v12i1.6242 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (Chromolaena odorata (L.) R.M King & H.Rob) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis https://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/article/view/6399 <p><strong>Latar belakang </strong>: Penyakit infeksi menjadi kelompok penyakit yang terjadi karena infeksi virus, infeksi bakteri, dan infeksi parasit. Infeksi ini dapat merugikan berbagai aspek kehidupan seperti kesehatan dan ekonomi baik secara individu dan nasional. Daun Kirinyuh digunakan sebagai obat luka, demam, bantuk, dan menghentikan pendarahan.</p> <p><strong>Tujuan </strong>: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri (<em>Chromolaena odorata</em> (L.) R.M King &amp; H.Rob) terhadap pertumbuhan <em>Staphylococcus epidermidis</em> dan <em>Staphylococcus aureus</em> dengan berbagai konsentrasi.</p> <p><strong>Hasil </strong>: Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas pada bakteri <em>Staphylococcus aureus</em> dan <em>Staphylococcus epidermidis</em> pada 5 konsentrasi yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, 25%. Berdasarkan data hasil uji statistik Kruskal-Wallis daun Kirinyuh konsentrasi 25% pada penghambatan pertumbuhan <em>Staphylococcus epidermidis</em> didapati hasil 9,467 dan pada penghambatan pertumbuhan <em>Staphylococcus aureus</em> didapati hasil 8,003.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong> : Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun Kirinyuh dapat menghambat pertumbuhan <em>Staphylococcus aureus</em> dan <em>Staphylococcus epidermidis</em> dengan konsentrasi terbaik sebesar 25%.</p> Jon Kenedy Marpaung Suharyanisa Suharyanisa Lampita Putri Simbolon Copyright (c) 2025 Jon Kenedy Marpaung, Suharyanisa, Lampita Putri Simbolon https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 2025-10-06 2025-10-06 12 1 59 63 10.51544/jf.v12i1.6399